Tuesday, September 4, 2007

ngantri

maha suci allah yang mentakdirkan segala sesuatu teratur. setiap bagian episode kejadian hidup seperti sudah di persiapkan dan di pastikan jam waktu serta detik-detiknya. ada kalanya manusia harus hidup dengan senang, tapi adakalanya juga manusia harus bersabar untuk menerima keyataan kesusahan hidup.

maha suci allah yang juga menciptakan antara pasangan kemudahan dan kesusahan. dua kejadian yang pasti allah hadirkan secara bergantian. diwaktu pertama kita mengalami kesusahan, tapi yakinlah waktu yang lain nantinya kesusahan tersebut berganti dengan kesenangan dan kemudahan. tentunyan bagi kita yang sabar dan bertawakal pada allah

"sesungguhnya setiap kesusahan akan dibarengi setelahnya dengan kemudahan..." (al-isyirah)

keduanya seperti sudah ditakdirkan untuk mengantri. seperti kejadian yang baru saja ku alami. ketika sore itu seperti biasa perjalanan pulang dari tempat kerja, distasiun tempat biasa aku menaiki kereta memaksaku untuk berdiri kurang lebih 1 setengah jam. ya, menunggu menanti datangnya kereta yang saat itu sedang terlambat.

setelah satu setengah jam tersebut kereta yang kutunggu tidak lama datang dan seperti sudah kubayangkan sebelumnya, kereta tersebut penuh sesak penumpang yang memang sudah sangat tidak sabar untuk pulang. alhasil aku pun anggap mangantri saja untuk tidak masuk ke kereta tersebut, subhanallah padahal sudah hampir 2 jam ku tunggu kereta tsb. kufikir akan ada kereta kedua yang sudah tentu lebih kosong.

allah berkehendak lain, jam di stasiun sudah menunjukan jam 18:00. sudah waktu shalat fikirku. langsung saja aku turun dari peron kemudian mencari mushola distasiun tersebut. dan ternyata apa yang terjadi, mushala stasiun tersebut juga penuh sesak. subhanallah. saya sempat tertegun dan terfikir sejenak. kenapa allah ciptakan kebaikan pun harus mengantri. padahal jika difikir jika mengantri berarti shalatku pun telat juga....

entah apa hikmahnya...

hikmah amanah

dikisahkan ada seorang saudagar kaya yang hidup disuatu masa. ia memiliki berhektar tanah dan kebun di tempat dekat ia tinggal. ia tinggal bersama keluarganya, istri dan seorang anak perempuan yang masih belum memiliki suami.

kisah ini bercerita tentang bingung dan susahnya si saudagar tersebut mencari jodoh bagi satu-satunya putri miliknya. ia benar-benar ingin mendapatkan menantu yang jujur, amanah dan bisa menjaga semua amanah kekayaan hartanya, juga putrinya.

tentu saja saat itu banyak para pemuda bahkan laki-laki yang sudah lebih dari baya pun ramai-ramai berkunjung kerumah saudagar kaya tersebut untuk melamar anak perempuannya. juga tidak sedikit teman saudagar tersebut yang secara sengaja mengantarkan anaknya agar bisa menjadi satu keluarga denganya melalui pernikahan anak mereka.
dan tentu saja tujuan mereka para pelamar, sahabat ini ingin mendapatkan harta kekayaan saudagar kaya tersebut. akan tetapi si saudagar kaya tersebut tahu apa yang harus ia perbuat, ia tidak ingin secara sembarangan menyerahkan begitu saja putrinya kepada pemuda atau orang yang tidak benar-benar ia ketahui dan nanti akhirnya akan menghancurkan seluruh kekayaannya yang melimpah.

hingga pada suatu saat ketika sang saudagar berkunjung kekebunnya, ia menyuruh seorang tukang kebunnya untuk mengambilkan buah yang manis yang ingin dinikmatinya. langsung saja situkang kebun yang memang saat itu masih lajang tersebut melaksanakan perintah sang saudagar.

ketika pertama kali sang saudagar memakan buah hasil petikan situkang kebun, saudagar tersbut muntah dan merasa kepahitan.

"bujang, kenapa kau ambilkan aku buah yang pahit, coba tolong ambilkan aku dari tangkai yang lain.!" sang saudagar berkata.

kali kedua ia makan buahnya, ia kembali merasa kepahitan. dan ternyata terus begitu terulang sampai kali ke4 dan kelima.

"bukankah kau telah bekerja menjaga kebun untukku bertahun2 bujang? kenapa kau tidak bisa mengambil dan memilihkan buah yang manis untukku?" sang saudagar marah

"mohon maaf tuan, selama ini saya hanya diamanatkan olehmu hanya untuk menjaga dan merawat kebun ini, tidak pernah sekalipun aku memetik apalagi memakan buah dari kebunku" si bujang menjawab perlahan.

terharu dan merenung sang saudagar mendengar perkataan si bujang tukang penjaga kebun. betapa amanahnya sang pemuda ini. ia tidak berani mengambil barang yang bukan miliknya, dan betapa apiknya ia menjaga kebunnya dengan baik selama bertahun-tahun.
dan sesaat itu juga ia terpikir untuk menjodohkan sang bujang tersebut dengan anaknya yang selama ini mencari jodoh pasangan hidup. subhanallah.