dikisahkan ada seorang saudagar kaya yang hidup disuatu masa. ia memiliki berhektar tanah dan kebun di tempat dekat ia tinggal. ia tinggal bersama keluarganya, istri dan seorang anak perempuan yang masih belum memiliki suami.
kisah ini bercerita tentang bingung dan susahnya si saudagar tersebut mencari jodoh bagi satu-satunya putri miliknya. ia benar-benar ingin mendapatkan menantu yang jujur, amanah dan bisa menjaga semua amanah kekayaan hartanya, juga putrinya.
tentu saja saat itu banyak para pemuda bahkan laki-laki yang sudah lebih dari baya pun ramai-ramai berkunjung kerumah saudagar kaya tersebut untuk melamar anak perempuannya. juga tidak sedikit teman saudagar tersebut yang secara sengaja mengantarkan anaknya agar bisa menjadi satu keluarga denganya melalui pernikahan anak mereka.
dan tentu saja tujuan mereka para pelamar, sahabat ini ingin mendapatkan harta kekayaan saudagar kaya tersebut. akan tetapi si saudagar kaya tersebut tahu apa yang harus ia perbuat, ia tidak ingin secara sembarangan menyerahkan begitu saja putrinya kepada pemuda atau orang yang tidak benar-benar ia ketahui dan nanti akhirnya akan menghancurkan seluruh kekayaannya yang melimpah.
hingga pada suatu saat ketika sang saudagar berkunjung kekebunnya, ia menyuruh seorang tukang kebunnya untuk mengambilkan buah yang manis yang ingin dinikmatinya. langsung saja situkang kebun yang memang saat itu masih lajang tersebut melaksanakan perintah sang saudagar.
ketika pertama kali sang saudagar memakan buah hasil petikan situkang kebun, saudagar tersbut muntah dan merasa kepahitan.
"bujang, kenapa kau ambilkan aku buah yang pahit, coba tolong ambilkan aku dari tangkai yang lain.!" sang saudagar berkata.
kali kedua ia makan buahnya, ia kembali merasa kepahitan. dan ternyata terus begitu terulang sampai kali ke4 dan kelima.
"bukankah kau telah bekerja menjaga kebun untukku bertahun2 bujang? kenapa kau tidak bisa mengambil dan memilihkan buah yang manis untukku?" sang saudagar marah
"mohon maaf tuan, selama ini saya hanya diamanatkan olehmu hanya untuk menjaga dan merawat kebun ini, tidak pernah sekalipun aku memetik apalagi memakan buah dari kebunku" si bujang menjawab perlahan.
terharu dan merenung sang saudagar mendengar perkataan si bujang tukang penjaga kebun. betapa amanahnya sang pemuda ini. ia tidak berani mengambil barang yang bukan miliknya, dan betapa apiknya ia menjaga kebunnya dengan baik selama bertahun-tahun.
dan sesaat itu juga ia terpikir untuk menjodohkan sang bujang tersebut dengan anaknya yang selama ini mencari jodoh pasangan hidup. subhanallah.
No comments:
Post a Comment