Tuesday, December 18, 2007

8 Kebohongan Seorang Ibu…………

Kanggo mamah nu dinten ieu masih semangat, nu harina diraya keun ku urang sadaya (terang hari ibu teu ma?)
Punten pami ngan masih tiasa nulis, maca, ngadoa wungkul, teacan seeur nu tiasa di pasih ka mamah.
Punten kanggo segala kalepatan ageung. doakeun ageung terus ma...

dari sebuah milis ;

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata:

"Makanlah nak, Ibu tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA


Ketika aku mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, Ibu duduk disampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku.
Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata:

"Makanlah Nak, Ibu tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel. Dari hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata:

"Cepatlah tidur nak, Ibu tidak Capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, Ibu yang tegar dan gigih menungguku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk Ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata:

"Minumlah nak, Ibu tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap Sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, Dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kami pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat Kondisi keluarga yang semakin parah, Ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk Menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, Ibu berkata:

"Saya tidak butuh cinta" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah aku dan kakakku semuanya bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau , Ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang Tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata:

"Ibu masih punya uang" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian Memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika. Berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, Ibu berkata kepadaku

"Ibu tidak terbiasa" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH


Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit Kanker Lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang Samudera Atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk Ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya Setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menggerogoti tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti Ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata:

"Jangan menangis anakku, Ibu tidak sakit" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.


Musibah

diambil dari postingan milis MQ (manajemenqolbu@yahoogroups.com)

Tenang Menghadapi Musibah
Penulis : KH Abdullah Gymnastiar

Setiap orang mendambakan ketenangan, baik itu orang yang sedang
ditimpa kelapangan maupun kesempitan. Begitu pula halnya bagi yang
sedang ditimpa musibah, seperti musibah yang menewaskan lebih dari 95
ribu warga Aceh. Trauma, resah, gelisah, hidup tak menentu menemani
hari-hari mereka. Pasrah akan ketentuan Allah itulah yang bisa mereka
lakukan. Begitu pula dengan keluarga yang ditinggalkan. Kini hanya
ketenangan yang diharapkan mereka.

Ada beberapa kunci ketenangan dalam menghadapi musibah.
Pertama, siap
menerima ujian atau musibah. Ketika seseorang ditimpa musibah, maka ia
harus menyadari bahwa musibah itu datangnya dari Allah. Keyakinan yang
penuh akan adanya hikmah dibalik semua itu. Dan kita pun harus
menjadikan kehidupan seperti adanya siang dan malam. Kita harus mulai
melatih diri menghadapi kesulitan. Seperti murid sekolah yang mau
menghadapi ulangan/ujian. Datang soal, senyum-senyum, menjelang ujian
bahagia, ketika ujian datang senang karena persoalan bisa ia tangani
dengan baik. Begitu pula halnya setelah ulangan, karena yakin dengan
persiapan belajar yang optimal akan mendapatkan hasil yang baik.


Kedua, ketika kita dihadapkan pada ujian yang tak terduga, maka
kuncinya kita harus ridha menerima keadaan. Banyak orang menderita
bukan karena masalah tetapi karena tidak bisa menerima kenyataan.
Ridha menerima kenyataan berupa musibah akan menjadikan hati tenang.
Dengan ketenangan, maka dapat lebih mudah menyelesaikan masalah. Latih
kesadaran diri kita bahwa semua yang terjadi tidak lepas dari
kehendakNya. Sehingga kita dapat ridha menerima musibah, menerima
kepergian saudara-saudara kita yang kita cintai.


Ketiga, kuasai diri. Yakin Allah tidak akan membebani seseorang
kecuali sesuai dengan kesanggupannya. Tidak mungkin Allah dzalim
kepada hambaNya. Yakinlah bahwa setiap satu kesulitan akan diapit oleh
dua kemudahan. Dan yakin tidak mungkin ada ujian yang tidak ada nilainya.

Saudaraku, siap untuk mengalami senang dan susah. Kita tidak boleh
lemah. Dengan ketenangan, kita akan siap menerima ketentuan Allah SWT.

Sumber : Buletin Sakinah

***

untuk adik ku, yang sedang dirundung masalah, yang gagal berkali-kali berusaha,. sabar ya dan terus fahami bahwa allah ga mungkin meninggalkan mu. Sesuatu yang terbaik telah Ia siapkan untuk mu. asal tetap sabar, dan jangan pernah lelah berusaha.
Jazakallah de, dah banyak ngingetin diri ini juga....

intansurullah, yan sur kum, wa yusabbits aqdaamakum...