"kasian mereka bu, sudah sangat pagi sekali bangun kemudian berangkat...
Kita mungkin baru saja bangun, bahkan habis subuh bisa tidur lagi, kemudian baru berangkat..."
kalimat diatas pernah beberapa kali saya dengar ketika menaiki kereta listrik jabotabek dipagi hari. seorang bapa yang juga jadi penumpang setia kereta mengucapkan hal itu ketika berdesakannya penumpang kereta.
Masya Allah, kereta listrik pagi hari memang sarat dengan hikmah. tentunya sarat juga dengan manusia yang pagi-pagi sudah berangkat mencari penghidupan. Penumpang yang sarat, penuh dan berdesakan itu yang ternyata menyertakan hikmah mulia tentunya dari penumpang yang memang berhati mulia.
Penumpang yang naik distasiun paling belakangan dilalui kereta memang selalu mendapatkan bagian sisa dari tempat duduk di kereta. Bisa dibayangkan kereta yang sudah cukup pendek, ditambah dimasuki oleh beratus orang penumpang dari lebih dari 2 stasiun. Berdiri, bergelantungan, bahkan sampai naik diatas mereka lakukan demi sampai ditempat tujuan. Penumpang yang sudah masuk dari stasiun sebelumnya? bisa dengan tenang masuk dan duduk selama perjalanan.
Subhanallah, salah satu jawaban dari masalah perkeretalistrikan di jabotabek ini, memang masih cuma satu. yaitu kesabaran dan kearifan penumpangnya. Bapak penumpang yang naik belakangan tadi, yang mulia hatinya, dan perilaku disiplin penumpang yang lainnya yang mugnkin masih bisa membuat kereta listrik tersebut bertahan.
Saya, juga pengguna setia kereta listrik pagi hari, juga pernah berkhayal suatu ketika penumpang yang naik distasiun lebih awal memberikan kesempatan semuanya untuk duduk kepada penumpang yang naik belakangan, mudah2n bisa terwujud, setidaknya jika sekarang sebagian penumpang membagi dua perjalanan untuk duduk. distasiun tertentu yang sudah pertengahan perjalanan, mereka berdiri kemudian memberi kesempatan duduk kepada yang berdiri.
***
Allah muliakan orang yang sudah menunaikan kewajibannya untuk bekerja dan beribadah hanya kepada MU
Luruskan niat dan kokohkan keyakinannyan hanya kepada Mu
Jadikan rizkinya halal, baik dan banyak dan bisa bermanfaat bagi keluarga, masyarakat dan agamanya
aamiin...
Tuesday, April 29, 2008
Di balik kehidupan insan bernama : 'Muhammad'
Kalau ada pakaian yang koyak,Rasulullah SAW menambalnya sendiri tanpa perlu menyuruh istrinya. Beliau juga memerah susu kambing untuk keperluan keluarga maupun untuk dijual.
Setiap kali pulang ke rumah. Bila dilihat tiada makanan yang sudah siap dimasak untuk dimakan, Sambil tersenyum baginda menyingsing lengan bajunya Untuk membantu istrinya di dapur. Sayidatina Aisyah menceritakan : Kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu urusan rumah tangga Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, Dan cepat-cepat kembali sesudah selesai sembahyang.
Pernah baginda pulang pada waktu pagi.Tentulah baginda amat lapar pada waktu itu. Tetapi dilihatnya tiada apapun yang ada untuk sarapan. Yang mentah pun tidak ada karena Sayidatina Aisyah belum ke pasar. Maka Nabi pun bertanya, Belum ada sarapan ya Khumaira? (Khumaira adalah panggilan mesra untuk Sayidatina Aisyah yang berarti Wahai yang kemerah-merahan. )Aisyah menjawab dengan agak serba salah, Belum ada apa-apa wahai Rasulullah. Rasulullah lantas berkata, Kalau begitu aku puasa saja hari ini.Tanpa sedikit tergambar rasa kesal di wajahnya.
Pernah baginda bersabda, Sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik dan lemah lembut terhadap istrinya. Prihatin, sabar, dan tawadhunya baginda sebagai kepala keluarga.
Pada suatu ketika baginda menjadi imam sholat. Dilihat oleh para sahabat, pergerakan baginda antara satu rukun kesatu rukun yang lain amat sukar sekali. Dan mereka mendengar bunyi menggerutup seolah-olah sendi pada tubuh baginda yang mulia itu bergeser antara satu sama lain.
Sayidina umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu langsung bertanya setelah selesai sembahyang, Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat berat, tuan sakitkah ya Rasulullah?
Tidak ya umar. Alhamdulillah, aku sehat dan segar.Ya Rasulullah.. . mengapa setiap kali tuan menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi bergesekan di tubuh tuan?
Kami yakin engkau sakit...desak Umar penuh cemas.
Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Perut baginda yang kempis, kelihatan dililti sehelai kain yang berisi batu kerikil,buat menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali bergeraknya tubuh baginda.
Ya Rasulullah! Adakah bila tuan menyatakanlapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan mendapatkannya buat tuan?
Lalu baginda menjawab dengan lemah lembut, Tidak para sahabatku. Aku tahu apapun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah akan aku jawab di hadapan Allah nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya? Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah ALLAH buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan diakhirat kelak.
Baginda pernah tanpa rasa canggung sedikitpun makan di sebelah orang tua yang penuh kudis, miskin, dan kotor.Hanya diam dan bersabar bila kain ridanya direntap dengan kasar oleh seorang Arab Badwi hingga berbekas merah di lehernya. Dan dengan penuh rasa kehambaan baginda membasuh tempat yang dikencingi si Badwi di dalam masjid sebelum menegur dengan lembut perbuatan itu. Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH SWT dan rasa kehambaan dalam diri Rasulullah saw menolak sama sekali rasa ketuanan. Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH tidak dijadikan sebab untuk merasa lebih dariyang lain, ketika di depan umum maupun dalam keseorangan.
Ketika pintu syurga telah terbuka, seluas-luasnya untuk baginda, baginda masih berdiri di waktu-waktu sepi malam hari,terus-menerus beribadah,hingga pernah baginda terjatuh, lantaran kakinya sudah bengkak-bengkak. Fisiknya sudah tidak mampu menanggung kemahuan jiwanya yang tinggi.
Bila ditanya oleh Sayidatina Aisyah,Ya Rasulullah, bukankah engkau telah dijamin syurga?Mengapa engkau masih besusah payah begini?
Jawab baginda dengan lunak,Ya Aisyah, bukankah aku ini hanyalah seorang hamba?Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba- Nya yang bersyukur. Rasulullah SAW bersabda, Sampaikanpesanku walau sepotong ayat
Dari Milis rezaervani@yahoogroups.com, Alfiyatun Nimah
Setiap kali pulang ke rumah. Bila dilihat tiada makanan yang sudah siap dimasak untuk dimakan, Sambil tersenyum baginda menyingsing lengan bajunya Untuk membantu istrinya di dapur. Sayidatina Aisyah menceritakan : Kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu urusan rumah tangga Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, Dan cepat-cepat kembali sesudah selesai sembahyang.
Pernah baginda pulang pada waktu pagi.Tentulah baginda amat lapar pada waktu itu. Tetapi dilihatnya tiada apapun yang ada untuk sarapan. Yang mentah pun tidak ada karena Sayidatina Aisyah belum ke pasar. Maka Nabi pun bertanya, Belum ada sarapan ya Khumaira? (Khumaira adalah panggilan mesra untuk Sayidatina Aisyah yang berarti Wahai yang kemerah-merahan. )Aisyah menjawab dengan agak serba salah, Belum ada apa-apa wahai Rasulullah. Rasulullah lantas berkata, Kalau begitu aku puasa saja hari ini.Tanpa sedikit tergambar rasa kesal di wajahnya.
Pernah baginda bersabda, Sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik dan lemah lembut terhadap istrinya. Prihatin, sabar, dan tawadhunya baginda sebagai kepala keluarga.
Pada suatu ketika baginda menjadi imam sholat. Dilihat oleh para sahabat, pergerakan baginda antara satu rukun kesatu rukun yang lain amat sukar sekali. Dan mereka mendengar bunyi menggerutup seolah-olah sendi pada tubuh baginda yang mulia itu bergeser antara satu sama lain.
Sayidina umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu langsung bertanya setelah selesai sembahyang, Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat berat, tuan sakitkah ya Rasulullah?
Tidak ya umar. Alhamdulillah, aku sehat dan segar.Ya Rasulullah.. . mengapa setiap kali tuan menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi bergesekan di tubuh tuan?
Kami yakin engkau sakit...desak Umar penuh cemas.
Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Perut baginda yang kempis, kelihatan dililti sehelai kain yang berisi batu kerikil,buat menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali bergeraknya tubuh baginda.
Ya Rasulullah! Adakah bila tuan menyatakanlapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan mendapatkannya buat tuan?
Lalu baginda menjawab dengan lemah lembut, Tidak para sahabatku. Aku tahu apapun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah akan aku jawab di hadapan Allah nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya? Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah ALLAH buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan diakhirat kelak.
Baginda pernah tanpa rasa canggung sedikitpun makan di sebelah orang tua yang penuh kudis, miskin, dan kotor.Hanya diam dan bersabar bila kain ridanya direntap dengan kasar oleh seorang Arab Badwi hingga berbekas merah di lehernya. Dan dengan penuh rasa kehambaan baginda membasuh tempat yang dikencingi si Badwi di dalam masjid sebelum menegur dengan lembut perbuatan itu. Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH SWT dan rasa kehambaan dalam diri Rasulullah saw menolak sama sekali rasa ketuanan. Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH tidak dijadikan sebab untuk merasa lebih dariyang lain, ketika di depan umum maupun dalam keseorangan.
Ketika pintu syurga telah terbuka, seluas-luasnya untuk baginda, baginda masih berdiri di waktu-waktu sepi malam hari,terus-menerus beribadah,hingga pernah baginda terjatuh, lantaran kakinya sudah bengkak-bengkak. Fisiknya sudah tidak mampu menanggung kemahuan jiwanya yang tinggi.
Bila ditanya oleh Sayidatina Aisyah,Ya Rasulullah, bukankah engkau telah dijamin syurga?Mengapa engkau masih besusah payah begini?
Jawab baginda dengan lunak,Ya Aisyah, bukankah aku ini hanyalah seorang hamba?Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba- Nya yang bersyukur. Rasulullah SAW bersabda, Sampaikanpesanku walau sepotong ayat
Dari Milis rezaervani@yahoogroups.com, Alfiyatun Nimah
Subscribe to:
Posts (Atom)