Wouwou ini kami temukan ketika kami tepat di tengah perjalanan menaiki gunung gede lewat salabintana sukabumi. saya sebut temukan, karena memang ia terdampar dan tergeletak lemah ketika di perjalanan menanjak. ia tidak sendiri, saat itu kami bertemu dengan kelompok pemanjat juga yang saat itu melalui jalur salabintana. kasihan, mereka berombongan sekitar 5 orang yang ternyata ada perempuan juga ikut disana. pengalaman saya naik gunung memang tidak pernah menyertakan perempuan, cerita teman yang lain klo membawa serta perempuan naik gunung sedikit lebih lama dan agak berat penanjakannya. mungkin karena banyak berhenti dan lebih sering kelelahan.
Saat itu si wouwou tenyata sengaja berpisah dari rekan-rekannya yang satu rombongan tadi. kami kenali terakhir mereka tenyata satu rekan dan temanan satu universitas. teman kuliahan sepertinya. Wowou yang mungkin paling kuat diantara mereka sengaja ikut berjalan bersama rombongan kami duluan untuk mencari pertolongan di atas puncak gunung sana dan mendapatkan sumber mata air. iya, air. saat perjalanan itu pun rombongan kami, pasukan ragenah, bener-benar juga berjuang dalam panjangnya perjalanan dengan sedikit bahkan habisnya perbekalan air. Hanya permen dan gula jawa yang jadi peneman keringnya tenggorokan kami.
"wah, yang kufikirkan cuma bagaimana caranya aku bisa selamat sampai bogor lagi... " klo kata mas aji sang dosen.
"ini tumbuhan mana yang bisa ku makan dan kujadikan sumber air minum.." yang terbayang dibenakku saat itu.
Dahsyat memang, bayangkan... kurang air, jalan panjang berjurang, terjal serta dibayang-bayangi kecupan PaCET... jadi perjalanan terseru kami menaiki gunung gede pangrango.
Balik lagi ke si Wouwou tadi. Anak Depok yang kerja dijakarta ini akhirnya ikut rombongan kami. ia tidak sendiri dari rombongannya, berdua dengan seorang lagi, yang tidak begitu ku kenal namanya, ikut juga bersama kami.
Kebersamaan Penuh hikmah
Cerita bertualang naik gunung berombongan bukan jadi hal yang aneh. yang agak aneh klo naek gunung sendirian, atau maksimal cuma dua orang. perjalanan kemarin ke gunung gede menjadi menambah perbendaraan hikmah di benak kami, saya khususnya betapa kebersamaan itu penting, apalagi dalam menanggung beban yang sama.
rombongan pendaki gunung bisa jadi adalah salah satu contoh praktis keeratan hubungan dan interaksi yang nyata diantara rombongan di dalamnya.
subhanallah, naek gunung jadi contoh bahwa menanggung beban masalah itu harus dibagi-bagi. Ada yang bawa tenda, bawa kompor, bawa mie dan bahan makanan, adayang bawa air, ada yang bawa telor asin... :) (yang terakhir out or order...). Iya, kepentingan dan kebutuhan bersama kami bagikan ke masing-masing ransel orang sehingga tidak terasa berat dan semua kebutuhan terbawa.
subhanallah, naek gunung jadi bukti betapa kesabaran dan kesetiaan seorang teman dengan teman yang lain. Ketika pipin, terkena pacet dan berteriak... semua teman yang berjalan di atasnya berhenti. atau ketika ada teman yang capek dan lelah serta minta berhenti, semuannya stop dan ikut berhenti. menunggu dan rela berjalan bersama agar semuanya selamat.
"woi, perut mules... Tissue... " si iteng juga minta berhenti. Jawaban yang laen?
"walah jauh-jauh yuk... :)) kita tinggalin aja ... :D
Dan subhanallah... ketika kami naek gunung lewat salabintana kemarin pun. Wowou jadi salah satu bukti kebesamaan antara pendaki gunung. Bayangkan orang baru kami kenal. tapi satu nasib naek gunung, kami akhirnya jalan bersama. berbagi air, berbagi senter (meski ilang ya mas gatik.. :(( ) berbagi air panas dan berbagi cerita yang lain.
alhamdulillah, akhirnya sampai juga di mata air cileutik...
... bersambung
wawau, ra genah, tetap kompak dan sehat sehat ya....
****
No comments:
Post a Comment