naek kereta api tut... tut.. tuut
siapa hendak turut....
dulu ketika kecil sampai usia kuliah, saya selalu bermimpi ingin naik kereta. Ya, sejak dulu seingat saya baru pertama kali naik kereta ketika menginjak bangku kuliah. Bayangan bepergian jauh dengan menyusuri rel diatas kereta saat itu selalu terngiang... bagaimana rasanya ya naik kereta.
subhanallah, masa kuliah membuat saya diberikan allah kesempatan untuk mencoba banyak hal. termasuk impian yang satu ini. kerea api listrik jakarta bogor. beberapa kali saya menaikinya untuk tujuan jakarta dari bogor. Masih terbayang jelas dahulu diajak oleh seorang kaka kelas naik kereta listrik (Krl) ini ke jakarta dan turun di stasiun cawang, transit sebelum ke senayan untuk lihat islamic bookfair ke 2 waktu itu.
Berdiri.
kesan pertama naik kereta waktu itu "penuh...". sejak awal naik krl dari stasiun bogor kami berdiri dan tidak kebagian tempat duduk. sempat dapat tempat duduk ketika sampai di stasiun depok, namun seorang ibu dan anaknya waktu itu naik dan mendekat ketempat kami sehingga memaksa dengan ikhlas kami untuk berdiri kembali.
allah, saya selalu bilang memaksa berdiri, karena sampai saat ini saya yakin sang ibu dan anak yang lemah itu jadi ladang pahala buat saya yang Kau siapkan, jika mereka duduk dengan dan sangat sayang jika kesempatan ini dilewatkan begitu saja...
duduk?... di tempat lain masih bisa untuk duduk....
kesan yang lain semenjak dari saat itu sampai sekarang jadi roker (rombongan kereta) banyak sekali yang susah untuk dituliskan. selain berdiri, terlambat datang, mogok, ketinggalan karcis, kenalan dengan kelompok-kelompok arisan kreta, ngiri naek krl ekspress pakuan, masih banyak lagi pengalaman yang lain.
termasuk tadi pagi. kesan yang kembali terngiang di benak saya ketika kereta listrik pagi mogok. subhanallah aktivitas rutinan saya berangkat pagi ke jakarta pagi itu jadi penuh dengan kesan, yang pastinya juga penuh keringat.
Allah berkuasa memang menjadikan sesuatu bakal mogok, termasuk kereta. yang harus jadi banyak pemikiran dan hikmah oleh siapapun yang terlibat di perkerta apian tersebut. PT kereta, para penumpang, tukang asongan, petugas loket harus banyak-banyak istighfar.
''ga tanggung-tanggung mas, dahsyat kereta yang terhambat ampe 5 ato 6 kereta... harus masuk muri nih..." kata seorang bapak disebelah ku digerbong yang sama.
yang terbayang memang cuma, harus ada perbaikan. beberapa usaha yang dilakukan PT kereta api memang sudah nampak. penertiban tiket, penjagaan yang ketat, penambahan inovasi kereta ekonomi ac, tapi jalannya masih panjang, yang harus terus di lakukan. msih banyak kekurangan disana sini. macet, mogok, sering terlambat, mati,...
saya sebagai pengguna cuma melihat dan bersabah terhadap terus dilakukannya perubahan. terkadang ikut juga naek ekonomi ac, terus bayar tiket, tertib dan antri di gerbong, ga pernah nek atas gerbong (padahal kayaknya seru...). dan masih banyak penumpang yang lain yang lebih sabar dan selalu melihat kinerja krl, meskipun sering juga sedikit cerewt mengumpat.
"saya dari tahun 77 mas dah naek krl, dari tiketnya cuma sratus rupiah... " kata seorang bapak waktu saya tanya disebuah stasiun. subhanallah.
ya, tinggal waktu, kesabaran, kekompakan, kesaling mengertian saja yang insya allah membuat kereta listrik ini akan terus berjalan, setidaknya itu menurut saya. karena waktu, kehidupan, amal shaleh, pekerjaan, manusia, alam, selalu bergerak. tidak pernah ada yang berhenti. dan senang rasanya ketika bisa melihat pergerakan kehidupan, amal serta manusia-manusia tersebut berjalan secara lancar dan penuh dengan manfaat. temasuk kereta yang harus terus jalan di relnya.
"siapa hendak turut..."
"kreta ku tak berhenti lama...."
***
1 comment:
salam rocker, kebetulan aku sedang bikin cerita seputar kereta, tapi belum kelar sich. masih suka mampet imaginasiku. salam kenal dulu dech "salwangga - rocker patas purwakarta"
Post a Comment