Tempat itu bernama "posko panthera". dengan dipagari oleh gerbang besar dan kokoh bertuliskan "Taman Nasional Gunung Gede Pangrango"... Selabintana, Sukabumi. Posko pantera itu terdiri dari 3 buah bangunan besar yang berdiri disana. bangunan pertama, tepat di depan gerbang tadi adalah bangunan utama berupa posko petugas penjaga taman nasional gunung gede pangrango tersebut. ada seorang petugas penjaga disana yang menerima kami dan mengecek kesiapan kami dalam mendaki gunung.
"bawa pisau?" tanya petugas setelah mengecek anggota kami
"Iya, saya bawa satu..." Tyo menjawab jujur.
"bawa barang-barang lain yang kemungkinan menyampah, seperti makanan bbebungkus plastik? tambah petugas lagi.
Memang rada rese klo dilihat dari tampangnya si petugas ini. Klo dibayangin, mirip pendekar, pendek tapi kekar gitu ;) pake syal yang diikat dikepala, bekumis tebal dan bejenggot... alami banget... sealami sifatnya terhadap alam.
Subhanallah si petugas, yang kami lupa bertanya namanya ini sedikit banyak bercerita dan berbagi ilmu tentang alam khususnya sekitar gunung gede pangrango. Beliau tergerak menjadi relawan yang ikut menjaga kelestarian alam di gunung gede. dan tenyata beliau memang bukan petugas resmi penjaga taman nasional gunung gede pangrango, tapi petugas dan relawan sukarela yang membackup petugas disana. Dahsyat jarang-jarang ada orang apalagi masih muda yang mau berbuat semulia dia.
"hari ini petugas harusnya ada yang jaga, tapi kebetulan mungkin karena sabtu... " diakhir cerita beliau.
pasukan ra genah yang lain ? pada asik berfoto dan menikmati bangunan dan alam di kaki gunugn gede pangrango tersebut. Memang di dalam bangunan tersebut juga di set menjadi musium kecil yang berisi foto-foto hewan dan tumbuhan khas yang hidup di taman nasional gede pangrango.
.."Bos, ada Ua kita bos... " tebak gambar apa? :)
Bangunan kedua di samping bangunan pos penjaga tadi nampak sebuah kantin dan dapur tempat makanan tentunya. Alhamdulillah, coklat cemilan pipin dah jadi makanan jajanan pengganti bagi kami sehingga jadi mengirit dompet yang memang sudah semakin tipis saat itu :) ... "wong miskin, siap menerima ihyak dan topan finance... " :))
Terakhir, agak menaik di gundukan tanah diatas bangunan posko, mapak sebuah wc dan mushola kecil. "Masih jam setengah 12, kita sholat dan istirahat di perjalanan aza..."
Ya, bismillahirrahmaanirrahim.... akhirnya tepat pukul 11.30 kami menaiki gunung gede pangrango dari jalur pintu salabintana sukabumi.
"Allah, selamatkan perjalanan kami, sampai nanti turun dan kembali ketempat tinggal kami semula...
"jadikan kami hamba-hamba yang bisa mensyukuri nimat-nikmat Mu...
Aamiinnn...
Bersambung...
Tuesday, May 27, 2008
Wednesday, May 21, 2008
Gunung Gede Pangrango Via Selabintana (Sukabumi)
pagi itu, hari sabtu 17 Mei 2008, kami pasukan ra genah kembali berkumpul untuk mengadakan perjalanan ke gunung gede pangrango. pasukan ra genah pada kali ini bertambah lengkap dengan ikutnya seorang pendatang yang baru yang bernama Topan. ra genah bukannya tidak ingin menambah banyak pasukan pada pendakian kali itu, undangan sudah disebar namun, walhasil respon teman-teman yang lain tidak ada. Sigit, yang pada pagi itu sudah berencana untuk ikut naik juga, tapi ala kulli hal ada yang ternyata menghalanginya untuk ikut naik gunung gede kali ini. Mamay juga, sakitnya yang membuat batal keikutsertaanya
Nana, Heru, Asep, Paijo, Dion dan Dadang, Mas Yhan,... suatu saat insya allah kita naek gunung gede bareng lagi...
Ternyata pagi itu benar-benar pagi yang cerah. cuaca hangat, tidak panas dan tidak hujan. perjalanan kami ke arah sukabumi, cianjur dan gunung gede benar-benar dapat kami nikmati. Yang panas adalah bayangan, fikiran dan hati kami. Iya, baru kali itulah kami berjalan mendaki ke puncak gunung gede dengan jalur rute yang berbeda dari biasanya. Kami terpaksa harus melewati jalur terberat pendakian ke puncak. yaitu jalur selabintana sukabumi. Dua jalur yang lain, yaitu jalur gunung puteri dan jalur cibodas adalah dua jalur yang paling sering dilewati pendaki dan memang jalur yang relatif lebih mudah. sementara Selabintana, adalah jalur terakhir alternatif para pendaki karena belum terbukajelasnya jalur pendakian dan panjang serta beratnya medan pendakian, penuh tanah, penuh lintah atau pacet dan tidak adanya marka penanda pendakian.
Allahuakbar... pagi itu Allah takdirkan kami untuk menempuhnya, dikarenakan minggu-minggu ini gunung gede memang sudah penuh dengan para kelompok pendaki yang mungkin memanfaatkan moment hari kebangkitan nasional dan liburan yang agak lumayan lama.
Jadilah 9 orang saat itu kami berangkat ke gunung gede. Gatik, Ihyak, Tyo, Pipin,arif alias icus, topan, rio alias roy, aji dan saya deni bersama mencoba jalur baru salabintana menuju puncak gunung gede. Dengan 9 ransel juga masing-masing yang kami bawa, kami sangat optimis bisa mencapainya. Ransel kami pada pendakian kali ini benar-benar lengkap peralatannya. Semua kemungkinan yang terburuk di perjalanan baru kami, benar-benar diantisipasi.
- Matras, sebagai alas tenda untuk tidur. yang kami masukkan sebagai tempat landasan barang didalam ransel (carier)
- Jas hujan/ponco, menjaga agar kami tidak kehujanan dalam perjalanan
- Jaket, yang berfungsi menjaga kami dari kedinginan ketika dipuncak gunung nanti
- Sepatu dan sendal gunung, yang kami pakai senyaman mungkin agar kaki tidak lecet dan jalur basah atau becekpun dapat kami lalui
- Sarung tangan, berguna untuk menahan dinginnya udara puncak gunung dan melindungi tangan dari batang yang berduri ketika kami naik atau turun gunung
- Kaos kaki tebal untuk melindungi kaki saat perjalanan dan saat tidur agar tidak kedinginan
- Kupluk/Topi yang menjaga kepala dari panas, dingin dan dari bahaya yang datangnya dari atas kami
- Alat makan untuk makan tentunya
- Obat-obatan untuk berjaga jika suatu saat kami jatuh sakit
- Makanan dan air minum yang bisa mengganjal perut kami dari kelaparan. untuk barang makanan pribadi kami memabawa tidak cukup berat, hanya yang kecil-kecil saja, meskipun jadi berat karena banyaknya yang kami bawa. Cokelat, Roti, Susu, Permen, Kopi, menjadi penambah makanan dan bawaan barang kelompok.
Iya, bawaan barang kelompok kami pun cukup banyak, terdiri dari :
- Tenda, untuk sembilan orang ini, kami membawa 3 buah tenda.
- Nasting, kami membawa tiga buah, untuk masak air dan membuat makanan atau memasak mie instan agar lebih cepat.
- Kompor gas , kami bawa yang kecil dngan gas tabung botol kecil sebanyak 6 buah (kompornya 2 buah)
- Mie Instant satu dus kami bawa, untuk makan 9 orang kurang lebih 3 kali makan
- Abon, Energen, Kecap dan Saos, penambah sedapnya makanan
- Lampu badai, yang kami ganti dengan senter berlampu LED, sebagai penerang kegelapan malam nanti diperjalanan dan ketika menginap
- Ekstrajoss, maaf menyebut merek.. :) sebagai penambah energi ketika menaik
- Gula merah pengganti permen yang alami, penambah energi juga, dan tidak lupa
- Tembakau, penawar pacet dan lintah yang menempel dikaki ketika menempuh jalur selabintana
Wuih.. Dahsyat, Subhanallah Banyaknya barang bawaan yang kami bawa kemarin, tapi Alhamdulillah membuat kami merasa aman dari kekhawatiran kekurangan perbekalan ketika perjalanan nanti.
Sekitar pukul 7 pagi kami berangkat dari Bogor, dari kos dan basecam kami yaitu Chogan, kami diantar dan menaiki mobil L-300 Sukabumi bogor. Tyo dan Aji yang mencarikan kami mobil tersebut, sementara kami bersiap di dekat kosan kami. Supir L300 memang luar biasa, selain terkenal jago ngebut, ribet juga birokrasi pembayarannya. Pake Calo, banyak mintanya, susah klo nego harga. Tapi untung kami punya Tyo yang ciat... pake jurus priok plus bogor ngocehan, si supir L300 terbengong- bengong... :)
Ibarat orang nyarter mobil, kamilah kemarin. Uenaknya dapet kendaraan sendiri, sampai-sampai belanja dan turun ditengah perjalanan pun kami lakukan. Ditengah jalur bogor sukabumi kami berhenti dan turun untuk berbelanja cemilan dan minuman untuk bekal diperjalanan. Bayangkan jalur sukabumi bogor yang panjang dan macet karena hari sabtu, harus kami lalui dengan beban ransel dan perasaan was-was akan jalur baru saat itu. Memang jalur sukabumi saat itu macet, dari mulai pasar cicurug, pasar cibadak sampai ke daerah parung kuda.
Alhamdulillah, lain dengan di perjalanan tadi, ketika sudah sampai di kota sukabumi, perjalanan mobil kami jadi lancar. Lewati mesjid sukabumi, terminal dan akhir terus berjalan menuju arah Selabintana Sukabumi. Sekitar 2 setengah jam kami mencapai sukabumi, dan kemudian kurang lebih satu jam lagi kami menuju area salabintana.
Salabintana ternyata sebuah kecamatan besar, tempat kami awal naik ke gunung gede harus kami masuki melalui sebuah bumi perkemahan. Perkemahan CIPELANG. Cipelang adalah sebuah perkemahan dan objek wisata yang bernuansa alam hutan, ada air terjun, tempat wisata, tempat makanan, termasuk ketika kami sampai disana, kami menyempatkan dulu untuk makan dan bersiap untuk menaiki gunung gede. Kami terheran dan terkejutkan dengan datangnya rombongan anak smp dengan baju yang di corat-coret. Oalah ternyata saat itu baru saja berakhir ujian nasioanal tingkat smp untuk kelas tiga, pantas mereka berekpresi dan mencurahkan semua kesal dan uneknya dengan mencoret baju mereka dan berwisata bersama ke air terjun di cipelang. Dan Aneh serta uniknya ternyata mereke BELUM PenGUmuMan !!! Kok dah corat-coret ??? Walah... Mudah2n mereka sadar dengan yang mereka lalukan...
Bersambung....
Nana, Heru, Asep, Paijo, Dion dan Dadang, Mas Yhan,... suatu saat insya allah kita naek gunung gede bareng lagi...
Ternyata pagi itu benar-benar pagi yang cerah. cuaca hangat, tidak panas dan tidak hujan. perjalanan kami ke arah sukabumi, cianjur dan gunung gede benar-benar dapat kami nikmati. Yang panas adalah bayangan, fikiran dan hati kami. Iya, baru kali itulah kami berjalan mendaki ke puncak gunung gede dengan jalur rute yang berbeda dari biasanya. Kami terpaksa harus melewati jalur terberat pendakian ke puncak. yaitu jalur selabintana sukabumi. Dua jalur yang lain, yaitu jalur gunung puteri dan jalur cibodas adalah dua jalur yang paling sering dilewati pendaki dan memang jalur yang relatif lebih mudah. sementara Selabintana, adalah jalur terakhir alternatif para pendaki karena belum terbukajelasnya jalur pendakian dan panjang serta beratnya medan pendakian, penuh tanah, penuh lintah atau pacet dan tidak adanya marka penanda pendakian.
Allahuakbar... pagi itu Allah takdirkan kami untuk menempuhnya, dikarenakan minggu-minggu ini gunung gede memang sudah penuh dengan para kelompok pendaki yang mungkin memanfaatkan moment hari kebangkitan nasional dan liburan yang agak lumayan lama.
Jadilah 9 orang saat itu kami berangkat ke gunung gede. Gatik, Ihyak, Tyo, Pipin,arif alias icus, topan, rio alias roy, aji dan saya deni bersama mencoba jalur baru salabintana menuju puncak gunung gede. Dengan 9 ransel juga masing-masing yang kami bawa, kami sangat optimis bisa mencapainya. Ransel kami pada pendakian kali ini benar-benar lengkap peralatannya. Semua kemungkinan yang terburuk di perjalanan baru kami, benar-benar diantisipasi.
- Matras, sebagai alas tenda untuk tidur. yang kami masukkan sebagai tempat landasan barang didalam ransel (carier)
- Jas hujan/ponco, menjaga agar kami tidak kehujanan dalam perjalanan
- Jaket, yang berfungsi menjaga kami dari kedinginan ketika dipuncak gunung nanti
- Sepatu dan sendal gunung, yang kami pakai senyaman mungkin agar kaki tidak lecet dan jalur basah atau becekpun dapat kami lalui
- Sarung tangan, berguna untuk menahan dinginnya udara puncak gunung dan melindungi tangan dari batang yang berduri ketika kami naik atau turun gunung
- Kaos kaki tebal untuk melindungi kaki saat perjalanan dan saat tidur agar tidak kedinginan
- Kupluk/Topi yang menjaga kepala dari panas, dingin dan dari bahaya yang datangnya dari atas kami
- Alat makan untuk makan tentunya
- Obat-obatan untuk berjaga jika suatu saat kami jatuh sakit
- Makanan dan air minum yang bisa mengganjal perut kami dari kelaparan. untuk barang makanan pribadi kami memabawa tidak cukup berat, hanya yang kecil-kecil saja, meskipun jadi berat karena banyaknya yang kami bawa. Cokelat, Roti, Susu, Permen, Kopi, menjadi penambah makanan dan bawaan barang kelompok.
Iya, bawaan barang kelompok kami pun cukup banyak, terdiri dari :
- Tenda, untuk sembilan orang ini, kami membawa 3 buah tenda.
- Nasting, kami membawa tiga buah, untuk masak air dan membuat makanan atau memasak mie instan agar lebih cepat.
- Kompor gas , kami bawa yang kecil dngan gas tabung botol kecil sebanyak 6 buah (kompornya 2 buah)
- Mie Instant satu dus kami bawa, untuk makan 9 orang kurang lebih 3 kali makan
- Abon, Energen, Kecap dan Saos, penambah sedapnya makanan
- Lampu badai, yang kami ganti dengan senter berlampu LED, sebagai penerang kegelapan malam nanti diperjalanan dan ketika menginap
- Ekstrajoss, maaf menyebut merek.. :) sebagai penambah energi ketika menaik
- Gula merah pengganti permen yang alami, penambah energi juga, dan tidak lupa
- Tembakau, penawar pacet dan lintah yang menempel dikaki ketika menempuh jalur selabintana
Wuih.. Dahsyat, Subhanallah Banyaknya barang bawaan yang kami bawa kemarin, tapi Alhamdulillah membuat kami merasa aman dari kekhawatiran kekurangan perbekalan ketika perjalanan nanti.
Sekitar pukul 7 pagi kami berangkat dari Bogor, dari kos dan basecam kami yaitu Chogan, kami diantar dan menaiki mobil L-300 Sukabumi bogor. Tyo dan Aji yang mencarikan kami mobil tersebut, sementara kami bersiap di dekat kosan kami. Supir L300 memang luar biasa, selain terkenal jago ngebut, ribet juga birokrasi pembayarannya. Pake Calo, banyak mintanya, susah klo nego harga. Tapi untung kami punya Tyo yang ciat... pake jurus priok plus bogor ngocehan, si supir L300 terbengong- bengong... :)
Ibarat orang nyarter mobil, kamilah kemarin. Uenaknya dapet kendaraan sendiri, sampai-sampai belanja dan turun ditengah perjalanan pun kami lakukan. Ditengah jalur bogor sukabumi kami berhenti dan turun untuk berbelanja cemilan dan minuman untuk bekal diperjalanan. Bayangkan jalur sukabumi bogor yang panjang dan macet karena hari sabtu, harus kami lalui dengan beban ransel dan perasaan was-was akan jalur baru saat itu. Memang jalur sukabumi saat itu macet, dari mulai pasar cicurug, pasar cibadak sampai ke daerah parung kuda.
Alhamdulillah, lain dengan di perjalanan tadi, ketika sudah sampai di kota sukabumi, perjalanan mobil kami jadi lancar. Lewati mesjid sukabumi, terminal dan akhir terus berjalan menuju arah Selabintana Sukabumi. Sekitar 2 setengah jam kami mencapai sukabumi, dan kemudian kurang lebih satu jam lagi kami menuju area salabintana.
Salabintana ternyata sebuah kecamatan besar, tempat kami awal naik ke gunung gede harus kami masuki melalui sebuah bumi perkemahan. Perkemahan CIPELANG. Cipelang adalah sebuah perkemahan dan objek wisata yang bernuansa alam hutan, ada air terjun, tempat wisata, tempat makanan, termasuk ketika kami sampai disana, kami menyempatkan dulu untuk makan dan bersiap untuk menaiki gunung gede. Kami terheran dan terkejutkan dengan datangnya rombongan anak smp dengan baju yang di corat-coret. Oalah ternyata saat itu baru saja berakhir ujian nasioanal tingkat smp untuk kelas tiga, pantas mereka berekpresi dan mencurahkan semua kesal dan uneknya dengan mencoret baju mereka dan berwisata bersama ke air terjun di cipelang. Dan Aneh serta uniknya ternyata mereke BELUM PenGUmuMan !!! Kok dah corat-coret ??? Walah... Mudah2n mereka sadar dengan yang mereka lalukan...
Bersambung....
Wednesday, May 14, 2008
OB Sholeh
Namanya Dadi. Perawakannya tinggi, sedikit kurus, mukanya bersih, teduh, dan dibawah dagunya tumbuh menempel sedikit janggut yang tertata rapih. Rambutnya pendek potongan seperti tentara dan selalu tersisir rapih. di bibirnya selalu terhias senyum tulus yang nampak lebih banyak terlihat dari pada ucapannya yang juga selalu indah terdengar.
Kerjaannya cleaning service. orang ditempat pekerjaanku memanggilnya dengan OB. Ia setiap hari hobi dan memang sudah pekerjaannya untuk selalu bersih-bersih. Menyapu, mengepel, membersihan toilet, mengangkat dan mengganti galon kosong, membeli makanan siang titipan orang kantor,... semuanya serba bergerak dan berotot.
Dadi, si OB sederhana dan berotot ini punya kelebihan lain. Shaf shalat dhuhur berjamaah di mushola kantor kami selalu bisa dipastikan bahwa ia selalu hadir di sana. bahkan suara yang halus dan indah pun pernah saya dengar melantunkan suara adzan, meskipun tanpa pengeras suara.
Subhanallah. OB seperti Dadi ini membuat banyak pelajaran bagi saya. Bekerja, apapun pekerjaannya, sungguh tidak menjadi halangan untuk selalu mengingat kepada Yang Maha Memberi pekerjaan. Hidup sebagaimana pun susah dan rumitnya, lebih dan kurangnya, tetapi ketelatenan, kejujuran dan kebersihan harus selalu menjadi yang utama.
"Shalat... Bukan sekedar untuk menggerakkan badan, membaca lantunan ayat al-quran...
tetapi harus juga berbekas dan menambah keyakinan kita akan penghambaan serta penyerah dirian kita pada Allah.... "
Kerjaannya cleaning service. orang ditempat pekerjaanku memanggilnya dengan OB. Ia setiap hari hobi dan memang sudah pekerjaannya untuk selalu bersih-bersih. Menyapu, mengepel, membersihan toilet, mengangkat dan mengganti galon kosong, membeli makanan siang titipan orang kantor,... semuanya serba bergerak dan berotot.
Dadi, si OB sederhana dan berotot ini punya kelebihan lain. Shaf shalat dhuhur berjamaah di mushola kantor kami selalu bisa dipastikan bahwa ia selalu hadir di sana. bahkan suara yang halus dan indah pun pernah saya dengar melantunkan suara adzan, meskipun tanpa pengeras suara.
Subhanallah. OB seperti Dadi ini membuat banyak pelajaran bagi saya. Bekerja, apapun pekerjaannya, sungguh tidak menjadi halangan untuk selalu mengingat kepada Yang Maha Memberi pekerjaan. Hidup sebagaimana pun susah dan rumitnya, lebih dan kurangnya, tetapi ketelatenan, kejujuran dan kebersihan harus selalu menjadi yang utama.
"Shalat... Bukan sekedar untuk menggerakkan badan, membaca lantunan ayat al-quran...
tetapi harus juga berbekas dan menambah keyakinan kita akan penghambaan serta penyerah dirian kita pada Allah.... "
Tuesday, May 13, 2008
Keajaiban Kehidupan
Ternyata kehidupan memang mengajaibkan. Bayangkan, baru saja beberapa bulan kami berkumpul dengan nuansa yang berbahagia, namun dalam hitungan bulan juga kami dikumpulkan dalam nuansa yang penuh kesedihan.
Afat, Mas Ari dan saya. Kami bertiga saudara sepupuan. Lahir dengan usia yang sama dan masih satu darah keturunan. Ya, kami sama-sama satu kakek, satu nenek dari ibu masing-masing. Sekolah, berteman, bermain, beraktivitas kami juga sama. Kuliah, bergaul juga kami lalui yang sepertinya tidak ada bedanya.
Baru ketika usia kami menjelang 25, Allah berikan takdir yang berbeda. Keajaiaban hidup yang Allah berikan berupa kebahagiaan dialami oleh saudara kami Afat, subhanallah, Allah izinkan beliau untuk cepat mendapatkan pendamping hidup saat itu. Saya, mas ari kumpul juga saat itu, di sebuah kota yang indah untuk menghadiri pesta pernikahannya. Selamat ya Fat… terbayang kenangan dan momen-momen indah penuh tawa dan bahagia dari para keluarga.
Subhanallah, keajaiban hidup berikutnya tidak lama Allah tunjukkan. Mas Ari buat kebahagian kami kemudian berubah menjadi duka. Allah yang buat mas ari terpaksa melakukan itu. Allah sangat sayang dengan mas Ari yang kemudian dengan cepat memanggilnya untuk segera menghadap-Nya. Mas ari wafat di hari kamis itu, di jalan yang biasa ia lalui dengan motornya menuju tempat ia menuntut ilmu setiap hari.
Mas, selamat jalan ya… mudah-mudahan Allah ampuni semua dosa Mas dan Allah terima semua amalan Mas. Keluarga semua pun mendoakan, tentunya dengan diiringi sedikit banyaknya rasa kesedihan
Allah, entah kemudian apa keajaiban hidup yang nanti akan kau berikan. Terutama untuk diriku ini. Yang pasti, yang terbayang dalam benak ini, kehidupan masih tebentang, jalan untuk terus menambah amal, untuk terus belajar, masih terbentang.
Berikan saya kekuatan untuk menjalani kehidupan ini sesuai dengan yang Engkau inginkan ya Allah….
Afat, Mas Ari dan saya. Kami bertiga saudara sepupuan. Lahir dengan usia yang sama dan masih satu darah keturunan. Ya, kami sama-sama satu kakek, satu nenek dari ibu masing-masing. Sekolah, berteman, bermain, beraktivitas kami juga sama. Kuliah, bergaul juga kami lalui yang sepertinya tidak ada bedanya.
Baru ketika usia kami menjelang 25, Allah berikan takdir yang berbeda. Keajaiaban hidup yang Allah berikan berupa kebahagiaan dialami oleh saudara kami Afat, subhanallah, Allah izinkan beliau untuk cepat mendapatkan pendamping hidup saat itu. Saya, mas ari kumpul juga saat itu, di sebuah kota yang indah untuk menghadiri pesta pernikahannya. Selamat ya Fat… terbayang kenangan dan momen-momen indah penuh tawa dan bahagia dari para keluarga.
Subhanallah, keajaiban hidup berikutnya tidak lama Allah tunjukkan. Mas Ari buat kebahagian kami kemudian berubah menjadi duka. Allah yang buat mas ari terpaksa melakukan itu. Allah sangat sayang dengan mas Ari yang kemudian dengan cepat memanggilnya untuk segera menghadap-Nya. Mas ari wafat di hari kamis itu, di jalan yang biasa ia lalui dengan motornya menuju tempat ia menuntut ilmu setiap hari.
Mas, selamat jalan ya… mudah-mudahan Allah ampuni semua dosa Mas dan Allah terima semua amalan Mas. Keluarga semua pun mendoakan, tentunya dengan diiringi sedikit banyaknya rasa kesedihan
Allah, entah kemudian apa keajaiban hidup yang nanti akan kau berikan. Terutama untuk diriku ini. Yang pasti, yang terbayang dalam benak ini, kehidupan masih tebentang, jalan untuk terus menambah amal, untuk terus belajar, masih terbentang.
Berikan saya kekuatan untuk menjalani kehidupan ini sesuai dengan yang Engkau inginkan ya Allah….
Subscribe to:
Posts (Atom)